Sebenarnya sudah saya duga jawaban yang akan saya terima dari para
siswa. Benar, dari 76-an siswa kelas IX yang sebentar lagi akan menempuh
ujian, tidak ada seperempatnya yang
mengacungkan tangan sebagi tanda bahwa tadi malam mereka belajar.
Jawaban-jawaban serupa sering, dan amat sering saya temukan. Hal
tersebut tidak hanya di tempat tugas baruku, MTs Negeri Sumbergiri,
Ponjong, Gunungkidul, tetapi di tempat tugas lama pun sama (MTs Negeri
Semanu GK).
Sering saya bertanya, mungkinkah ini fenomena yang menggejala di kalangan siswa kita? Lalu, apa yang menyebabkan demikian, dan apa solusinya?
Ternyata sama. Ketika saya berbincang dengan beberapa kepala
sekolah/madrasah tentang kemalasan siswa belajar hampir merata di
sekolah/madrasah. Khususnya siswa yang berada di pinggiran. Para siswa
banyak melakukan kegiatan di luar statusnya sebaga pelajar. Kegiatan
yang mereka lakukan lebih banyak yang sifatnya fun (hiburan). Thongkrongan, kebut-kebutan atau balapan liar, ps-an, atau game, habis waktu di depan TV, atau asyik dengan berjam-jam hp-an.
Ketika saya tanya, “Apa yang menghambat atau mengganggu kamu
belajar?”. Jawaban secara berurutan sebagai berikut: HP, TV, Sepeda
motor. Para siswa tersebut rata-rata paling sedikit melakukan SMS 100
transasksi. Bahkan ada siswa yang melakukan penghapusan sms baik yang
terkirim atau yang masuk dalam satu hari sampai empat kali karena
penuh. Dalam hal melihat TV dalam satu hari rata-rata lebih dari tiga
jam. Pada saat ditanya tentang waktu belajar, tidak ada siswa yang
menjawab belajar lebih dari dua jam sehari.
Para siswa melakukan belajar yang paling banyak pada saat ada PR. Dan
mengerjakan PR itu anggapannya sudah belajar. Ini dapat kita mengerti
bahwa siswa kita memang banyak yang belum paham apa itu belajar. Rasa
tanggung jawab terhadap proses pembelajaran pun sangat rendah. Jangankan
membuat ringkasan materi elajaran. Dari siswa 76 yang membuat ringkasan
materi pelajaran yang akan di-UN-kan tidak mencapai 20 siswa. Meskipun
kita tahu, meringkas materi pelajaran bukan suatu keharusan. Namun,
paling tidak denga membuat catatan kecil atau ringkasan materi
pelajaran menunjukkan bahwa siswa tersebut belajar dan tanggung jawab.
Mendapatkan solusi yang jitu agar siswa mau belajar memang tidak
gampang. Perhatian yang tidak fokus kepada status dan tanggung jawabnya
sebagai siswa harus mendapat perhatian khusus dari semua pihak: guru,
orang tua, dan masyarakat. Sayangnya, saat ini orang tua dan masyarakat
cukup membebankan keberhasilan pendidikan atau sekolah para siswa itu
hanya ke sekolah/madrasah. Orang tua dan masyarakat seakan telah lepas
tanggung jawabnya terhadap perkembangan para siswa.
Yang juga mungkin perlu mendapat perhatian khusus adalah metode
pembelajaran yang memungkinkan para siswa menjadi tumbuh kemauannya
untuk mengerti, mendalami, dan mengembangkan ilmu. KBM yang monoton
memang sangat membosankan. PR terberat guru akhirnya membangkitkan
motivasi anak untuk belajar. Untuk itu, guru harus benar-benar dapat
menganalisa apa dan bagaimana metode yang dapat diterima ara siswa
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar